Minggu, Maret 31, 2019

   Secara sistematis, Retorika diletakkan pertama kali pada jaman Yunani Kuno (tepatnya oleh orang-orang Syracuse, sebuah koloni Yunani di Pulau Sicilia). Di bawah pemerintahan yang otoriter, terjadi perampasan atas tanah warga oleh pemerintah, sehingga rakyat kehilangan hak atas tanah mereka. Kemudian, ada gerakan revolusioner untuk menentang pemerintahan yang otoriter, sehingga mengakibatkan tumbangnya pemerintahan yang pengadilan/dewan juri. Setiap orang harus meyakinkan dewan juri dengan pembicaraan saja, tidak ada dokumen yang mendukung kepemilikan hak atas tanah mereka. Untuk membantu orang memenangkan haknya di pengadilan, seorang ahli public speakingpada jamannya bernama Corax menulis makalah retorika yang diberi nama “Techne logon” (Seni kata-kata). Di dalam makalahnya, Corax menulis tentang “teknik kemungkinan” (Bila kita tidak mengetahui sesuatu dengan pasti, mulailah dari kemungkinan umum). Di samping itu, Corax juga meletakkan dasar-dasar organisasi pesan, yaitu: pembukaan, uraian, argumen, penjelasan tambahan, dan kesimpulan. Pada era keemasan Retorika, terdapat tokoh - tokoh retorika jaman Yunani, yaitu: 

A. Gorgias dan Protagoras 
Mendirikan sekolah retorika untuk pertama kalinya. Gorgias cukup jeli melihat adanya peluang untuk memenuhi kebutuhan pasar, karena pada waktu itu masyarakat Athena butuh kemampuan berbicara yang jelas dan persuasif. Negeri Athena saat itu sedang tumbuh menjadi Negara yang kaya dan demokratis, setiap orang diberi kebebasan untuk menyampaikan pendapatnya. Di sinilah kemampuan berpikir yang jernih dan logis dibutuhkan. Tentu saja itu semua didukung dengan kemampuan berbicara yang jelas dan persuasif. Gorgias bersama dengan Protagoras mengajarkan teknik - teknik memanipulasi emosi dan menggunakan prasangka untuk menyentuh hati pendengar. Lebih menekankan kepada bahasa yangpuitis. Mereka menamakan dirinya kelompoknya sophistai “guru kebijaksanaan” atau kaum sophis. Saat itulah 3 muncul adanya lomba adu pidato juga muncul jago -jago pidato, misalnya Demosthenes dan Isocrates

B. Demosthenes dan Isocrates 
Berbeda dengan Gorgias yang lebih menekankan kepada bahasa yang puitis/bahasa yang berbunga - bunga, Demosthenes mengembangkan gaya berbicara yang jelas dan keras, menggabungkan antara narasi dan argumnentasi. Juga memperhatikan cara penyampaian, menurut Will Durant ia melatakkan rahasia pidato pada acting. Isocrates mengatakan bahwa retorika tidak bisa dipisahkan dari politik dan sastra. Ia juga mendirikan sekolah retorika, dimana ia mengajarkan tentang bagaimana menggunakan kata - kata dalam susunan yang jernih tetapi tidak berlebih - lebihan disertai dengan anak kalimat yang seimbang. 

C. Socrates dan Plato 
Socrates mengkritik kaum Sophis sebagai para prostitut, yaitu orang yang menjual kecantikan untuk memperoleh uang. Plato adalah murid Socrates, ia mengatakan bahwa Gorgias adalah contoh retorika yang palsu (berdasarkan pada Sophisme) sedangkan Socrates adalah contoh retorika yang benar (berdasarkan pada filsafat). Sophisme mengajarkan kebenaran yang relatif dan filsafat membawa orang kepada pengetahuan yang sejati. Plato menganjurkan agar para pembicara mengenal “jiwa” pendengarnya. Dari sinilah Plato meletakkan dasar - dasar retorika ilmiah dan psikologi khalayak. Dia mengubah retorika sebagai sekumpulan teknik menjadi sebuah wacana ilmiah. 

D. Aristoteles 
Aristotelse mengatakan bahwa ada 5 tahap dalam penyusunan pidato (Lima Hukum Retorika = The Five Canons of Rhetoric), yaitu: 
  • Inventio (penemuan), penggalian topik dan menentukan metode persuasi yang paling tepat, merumuskan tujuan mengumpulkan bahan/argumen yang sesuai dengan kebutuhan khalayak. Aristoteles menyebut ada 3 metode persuasi, yaitu: 
  1. Ethos, kita harus menunjukkan kepada khalayak bahwa kita memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya, status yang terhormat. 
  2. Pathos, kita harus dapat menyentuh hati khalayak: perasaan, emosi, harapan, kebencian. 
  3. Logos, kita dapat menunjukan dokumen atau contoh sesuatu sebagai bukti.

  • Dispositio (penyusunan), tahap pengorganisasian pesan. Aristoteles menyebutnya taxis, pesan harus dibagi ke dalam beberapa bagian yang berkaitan secara logis: pengantar, pernyataan, argumen, dan epilog
  • Elocutio (gaya), pemilihan kata - kata dan bahasa yang tepat untuk mengemas pesan. Gunakan bahasa yang tepat, benar dan dapat diterima, pilih katan- kata yang jelas dan langsung, rangkaian kalimat yang indah, hidup.
  • Memoria (memori), pembicara harus mengingat pesan yang ingin disampaikan 
  • Pronuntiatio (penyampaian), pembicara menyampaikan pesannya. Di sini acting sangat berperan, pembicara harus memperhatikan olah vocal dan gerakan tubuh.

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar sahabat bila ada kesalahan..

Peraturan berkomentar:
1. Berkomentarlah dengan sopan
2. Komentar tidak mengandung SARA
3. Komentar harus menggunakan link aktif

Terima kasih :)